Jepara, rmijepara.id – Dalam rangka mempererat silaturahmi sekaligus menguatkan koordinasi dan konsolidasi antar-pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Jawa Tengah, Pengurus Wilayah RMI PWNU Jawa Tengah menggelar agenda “Sambang Pesantren” di Pondok Pesantren Darussalam, Jepara, pada Rabu, 11 Juni 2025. Kegiatan ini disambut hangat oleh jajaran PC RMI NU Kabupaten Jepara bersama para pengasuh pesantren, pengurus madin, serta tokoh-tokoh pendidikan Islam dari berbagai wilayah di Jepara.
Acara seremonial dibuka dengan sambutan dari Ketua Tanfidziyah PCNU Jepara, KH. Charits Rohman, yang sekaligus mewakili tuan rumah (KH. Saifur Rijal Aqib Pengasuh Ponpes Darussalam Jepara) dan Pengurus PC RMI NU Jepara. Dalam sambutannya, beliau menekankan bahwa kegiatan sambang pesantren ini merupakan momentum penting untuk menghidupkan kembali gairah kepesantrenan, terutama di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks. “Iyadatul ma’had bermakna tilik pesantren. Ini bukan sekadar kunjungan biasa, tapi menjadi bagian dari ikhtiar besar menjaga tonggak NU: pesantren,” tegasnya.
KH. Charits mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi pesantren di Jepara yang meski secara kuantitas mencapai 200 lebih pesantren versi data Kemenag, namun sebagian di antaranya berada dalam kondisi stagnan, bahkan digambarkan dengan istilah “la yamutu wala yahya” tidak mati, tapi juga tidak hidup secara ideal. Ia menyebut fenomena ini sebagai imbas dari era digital dan media sosial yang menyita perhatian generasi muda serta melemahkan semangat keberpesantrenan. Oleh karena itu, ia mengapresiasi kehadiran PW RMI NU Jateng yang hadir langsung menyapa dan menyentuh langsung kebutuhan serta realitas pesantren. “Mohon pertemuan ini dimanfaatkan sungguh-sungguh agar benar-benar memberikan manfaat bagi li i’lai kalimatillah allati hiya al-ulya,” pungkasnya.
Sementara itu, pengarahan utama disampaikan oleh Ketua RMI PWNU Jawa Tengah, KH. Ahmad Fadlullah Turmudzi, yang menegaskan bahwa kegiatan sambang pesantren ini merupakan murni gerakan RMI, lahir dari kebutuhan internal, bukan sekadar formalitas kelembagaan. Ia menyampaikan bahwa silaturahim ini juga menjadi sarana koordinasi antar-PW dan PC dalam menghadapi dinamika kepesantrenan yang semakin berkembang, baik dari aspek regulasi, kurikulum, hingga tata kelola kelembagaan.
KH. Fadlullah juga menjelaskan bahwa UU Pesantren yang telah disahkan terus dikembangkan melalui berbagai regulasi teknis, seperti PMA 31 tentang pendidikan pesantren dan ma’had aly, serta KMA tentang penjaminan mutu kepesantrenan. Ia menyebut, kebijakan ini hadir bukan untuk membatasi pesantren, namun justru untuk menjaga pesantren tetap sesuai dengan khittah-nya sebagai lembaga pendidikan Islam yang mandiri dan berakar pada tradisi. “Kami hadir untuk mengkonsolidasikan gerakan dan mencarikan solusi bersama, didampingi KH. Nur Machin yang selalu membimbing kita semua,” ujarnya penuh harap.
Acara ini juga menjadi ajang untuk menyampaikan agenda mendatang, termasuk rencana Pekan Madaris yang akan digelar oleh PWNU Jawa Tengah dalam rangka menyambut Hari Santri pada Oktober mendatang dan Jepara yang akan menjadi tuan rumahnya. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi forum besar madrasah diniyah untuk menampilkan capaian dan potensi masing-masing, serta sebagai ruang apresiasi bagi santri dan tenaga kependidikan madrasah diniyah.
Dengan hadirnya PW RMI di tingkat lokal seperti Jepara, kegiatan sambang pesantren ini dinilai mampu menjadi energi baru dalam mengatasi stagnasi yang dirasakan oleh banyak pesantren, khususnya yang belum optimal dari sisi manajemen dan arah pengembangan. Harapannya, dengan kolaborasi antara wilayah dan cabang, pesantren tetap menjadi pilar utama pendidikan dan perjuangan umat, sebagaimana cita-cita para muassis NU.

Melanjutkan rangkaian kegiatan Sambang Pesantren di Pondok Pesantren Darussalam Jepara, usai sesi seremonial dan pengarahan, acara berlanjut dengan pembagian forum ke dalam empat majlis diskusi secara bersamaan membahas isu-isu strategis seputar kepesantrenan dari berbagai level dan perspektif. Forum ini menjadi bagian penting dari upaya konsolidasi yang dilakukan oleh RMI PWNU Jawa Tengah untuk memastikan bahwa koordinasi antarwilayah dan cabang bukan hanya bersifat struktural, tetapi juga substantif dan solutif terhadap tantangan yang dihadapi pesantren.
Majlis pertama diisi dengan konsolidasi dan koordinasi antara PW dan PC RMI se-Jawa Tengah yang dipandu oleh Kholilurrahman, S.Pd. Forum ini menjadi ruang strategis untuk menyamakan persepsi program, menyusun langkah bersama, dan mendiskusikan persiapan awal pelaksanaan Pekan Madaris yang direncanakan akan digelar pada Oktober mendatang, dengan Kabupaten Jepara sebagai tuan rumah. Dalam sesi ini, para pengurus menyampaikan berbagai evaluasi kegiatan tahun sebelumnya, membahas teknis pelibatan pesantren, serta merumuskan mekanisme partisipasi aktif yang berbasis potensi lokal pesantren di masing-masing daerah.
Majlis kedua menghadirkan halaqah khusus para pengasuh pesantren, yang dipandu oleh Gus Sabiq Baqiyatullah. Dengan menghadirkan narasumber utama KH. Nur Machin Chudlori dan KH. Ahmad Fadlullah Turmudzi, sesi ini membedah tuntas regulasi dan program-program terbaru dari pemerintah yang berkaitan langsung dengan pesantren. Salah satu topik yang mendapat perhatian besar adalah implementasi PMA 31 dan KMA penjaminan mutu pesantren, serta arah kebijakan yang akan diambil ke depan untuk memastikan pesantren tetap adaptif namun tidak kehilangan jati dirinya. Para pengasuh juga diajak untuk menyampaikan aspirasi dan dinamika yang mereka hadapi secara langsung, sehingga dapat menjadi masukan konkret dalam perumusan kebijakan ke depan.
Sementara itu, halaqah ketiga difokuskan pada para pengurus pesantren dan dipandu oleh Ganang Rosyidi, S.T.. Menghadirkan pemateri Dr. KH. Farhan, M.Pd., forum ini mengangkat tema “Pesantren Ramah Anak”, sebuah konsep yang menekankan pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendidik bagi para santri. Disampaikan bahwa pesantren hari ini tidak cukup hanya menjadi tempat menimba ilmu, tetapi juga harus menjadi ruang tumbuh yang holistik bagi perkembangan karakter dan psikologis anak. Dr. Farhan menegaskan, dengan prinsip dasar pesantren sebagai rumah kedua, maka aspek perlindungan anak, kesehatan mental, serta metode pengajaran yang humanis menjadi bagian dari sistem pendidikan pesantren masa depan.
Forum keempat tak kalah penting, yaitu sesi motivasi santri yang dipandu oleh Roychan Abdul Aziz. Dalam sesi yang penuh semangat dan inspirasi ini, hadir Dr. KH. Basyar Rohman, M.Ag. dan KH. Arif Jatmiko, Lc., M.Si. sebagai pemateri utama. Keduanya berbagi kiat-kiat sukses bagi santri, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Mereka menekankan bahwa santri harus mampu membaca peluang zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai keilmuan dan spiritualitas yang telah ditanamkan di pesantren. Kesuksesan seorang santri, menurut mereka, bukan hanya ditentukan oleh prestasi akademik semata, tetapi juga oleh integritas, kemandirian, dan keteguhan akhlak yang dibangun sejak dini.
Menambah semarak kegiatan, dalam kesempatan ini BSI Jepara turut memberikan apresiasi berupa 10 rekening tabungan haji untuk para santri. Langkah ini diapresiasi oleh peserta sebagai bentuk nyata dukungan lembaga keuangan terhadap dunia pesantren dan para santrinya, sekaligus menjadi motivasi agar para santri memiliki cita-cita tinggi dan berpikir jauh ke depan.
Seluruh rangkaian acara ini menggambarkan bahwa RMI PWNU Jawa Tengah tidak hanya hadir untuk memberi arahan, tetapi juga membangun ruang kolaborasi nyata, menyatukan peran dari berbagai unsur pengasuh, pengurus, santri, hingga lembaga pendukung untuk bersama-sama memperkuat posisi pesantren sebagai benteng pendidikan dan peradaban Islam. Dengan pendekatan yang menyentuh semua lapisan, kegiatan ini diharapkan mampu melahirkan sinergi yang berkelanjutan demi kemajuan pesantren, khususnya di Kabupaten Jepara dan Jawa Tengah secara umum.
Redaksi// Altsaury
Tinggalkan Balasan